Selamat datang di My Blog rianti balikpapan

Sabtu, 07 Juni 2008

PRIORITAS AMALAN YANG LUAS MANFAATNYA ATAS PERBUATAN YANG KURANG BERMANFAAT

DI ANTARA prioritas yang sebaiknya diterapkan dalam pekerjaan
manusia ialah prioritas terhadap perbuatan yang banyak
mendatangkan manfaat kepada orang lain. Sebesar manfaat yang
dirasakan oleh orang lain, sebesar itu pula keutamaan dan
pahalanya di sisi Allah SWT. Oleh sebab itu, jenis perbuatan
jihad adalah lebih afdal daripada ibadah haji, karena manfaat
ibadah haji hanya dirasakan pelakunya, sedangkan manfaat jihad
dirasakan oleh umat. Sehubungan dengan hal ini, Allah SWT
berfirman:

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada
orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjid
al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak
memberikan petunjuk; kepada kaum yang zalim. Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan." (at-Taubah: 19-20)

Berjuang di jalan Allah yang manfaatnya lebih dirasakan oleh
umat adalah lebih afdal di sisi Allah dan lebih besar
pahalanya daripada ibadah yang kita lakukan berkali-kali,
tetapi kemanfaatannya hanya untuk kita sendiri.

"Abu Hurairah r.a. berkata, 'Ada salah seorang sahabat
Rasulullah saw yang berjalan di suatu tempat yang memilih
sumber mata air kecil, yang airnya tawar, dan dia merasa
kagum kepadanya kemudian berkata, 'Amboi, seandainya aku
dapat mengucilkan diri dari manusia kemudian tinggal di
tempat ini! (Yakni untuk beribadah). Namun, aku tidak
akan melakukannya sebelum aku meminta izin terlebih
dahulu kepada Rasulullah saw.' Maka Nabi saw bersabda,
'Jangan lakukan, karena sesungguhnya keterlibatanmu dalam
perjuangan di jalan Allah adalah lebih utama daripada
shalat selama tujuh puluh tahun. Tidakkah kamu senang
apabila Allah SWT mengampuni dosamu, dan memasukkan kamu
ke surga. Berjuanglah di jalan Allah. Barangsiapa yang
menyingsinglan lengan baju untuk berjuang di jalan Allah,
maka wajib baginya surga."" 9

Atas dasar itulah, dalam beberapa hadits, ilmu pengetahuan
dianggap lebih utama daripada ibadah, karena manfaat ibadah
hanya kembali kepada pelakunya sedangkan manfaat ilmu
pengetahuan adalah untuk manusia yang lebih luas. Di antara
hadits itu adalah:

"Keutamaan ilmu pengelahuan itu ialah lebih aku cintai
daripada keutamaan ibadah, dan agamamu yang paling baik
adalah sifat wara'."10

"Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang beribadah
ialah bagaikan kelebihan bulan purnama atas seluruh
bintang gemintang." 11

"Kelebihan orang yang berilmu alas orang yang beribadah
ialah bagaikan kelebihan diriku atas orang yang paling
rendah di antara kamu." 12

Kelebihan ilmu pengetahuan itu akan bertambah lagi apabila
orang yang berilmu itu mau mengajarkannya kepada orang lain.
Sebagai pelengkap hadits tersebut, ada baiknya kami sebutkan
juga hadits berikut ini:

"Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta
penghuni langit dan bumi, hingga semut yang ada pada
lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan
membacakan shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia." 13

Dalam Shahih disebutkan,

"Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang
belajar al-Qur'an dan mau mengajarkannya." 14

Atas dasar itu, para fuqaha mengambil keputusan: "Sesungguhnya
orang yang hanya menyibukkan diri untuk beribadah saja tidak
dibenarkan mengambil zakat, berbeda dengan orang yang
menyibukkan diri untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Karena
sesungguhnya tidak ada konsep kerahiban di dalam Islam, dan
orang yang menyibukkan dirinya dalam ibadah hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan orang yang menyibukkan
diri dalam mencari ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan
umat."

Sementara orang yang ilmu pengetahuan dan da'wahnya
dimanfaatkan, ia akan mendapatkan pahala dan balasan di sisi
Allah SWT atas kemanfaatan ilmunya tersebut.

Rasulullah saw bersabda,

"Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk,
maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala
mereka sama sekali."

Begitu pula pekerjaan yang paling utama adalah pekerjaan yang
paling bermanfaat untuk orang lain.

Dalam sebuah hadits disebutkan,

"Orang yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah orang
yang paling berguna di antara mereka. Dan perbuatan yang
paling dicintai oleh Allah ialah kegembiraan yang
dimasukkan ke dalam diri orang Muslim, atau menyingkirkan
kegelisahan dari diri mereka, atau membayarkan hutangnya,
atau menghilangkan rasa laparnya. Dan sungguh aku
berjalan bersama saudaraku sesama muslim untuk suatu
keperluan (da'wah), adalah lebih aku cintai daripada
beriktikaf di masjid selama satu bulan."

Begitulah pekerjaan yang berkaitan dengan perbaikan dan
kepentingan masyarakat adalah lebih utama daripada pekerjaan
yang dimanfaatkan oleh diri sendiri. Dalam hal ini Rasulullah
saw bersabda,

"Tidakkah pernah kuberitahukan kepada kamu sesuatu yang
derajatnya lebih tinggi daripada shalat, puasa dan
shadaqah? Yakni, memperbaiki silaturahmi dengan sanak
kerabat kita. Karena rusaknya sanak kerabat kita adalah
sama dengan pencukur." 17

Diriwayatkan, "Aku tidak mengatakan, mencukur rambut, tetapi
mencukur agama. "

Atas dasar itulah, pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yang adil lebih utama daripada ibadah orang lain
selama sepuluh tahun; karena dalam satu hari kadangkala
pemimpin itu mengeluarkan berbagai keputusan yang
menyelamatkan beribu-ribu bahkan berjuta orang yang dizalimi,
mengembalikan hak yang hilang kepada pemiliknya, mengembalikan
senyuman ke bibir orang yang tidak mampu tersenyum. Selain
itu, dia juga mengeluarkan keputusan yang dapat memotong jalan
orang-orang yang berbuat jahat, dan mengembalikan mereka
kepada asalnya, atau membuka pintu petunjuk dan tobat.

Selain itu, pemimpin yang adil juga memberi kesempatan untuk
membukakan berbagai pintu bagi orang-orang yang menjauhkan
diri dari Allah, memberi petunjuk kepada orang-orang yang
tersesat dari jalannya, dan membantu orang yang menyimpang
dari jalan yang benar.

Pemimpin yang adil juga kadang-kadang mendirikan proyek-proyek
pembangunan dan berguna sehingga tindakan ini dapat
menciptakan lapangan kerja bagi para penganggur, mendatangkan
roti bagi orang yang lapar, obat bagi orang yang sakit, rumah
bagi orang gelandangan, dan pertolongan bagi orang yang sangat
memerlukannya.

Itulah antara lain yang membuat para ulama salaf mengatakan,
"Kalau kami mempunyai do'a yang lekas dikabulkan maka kami
akan mendo'akan penguasa. Karena sesungguhnya Allah dapat
melakukan perbaikan terhadap banyak makhluknya dengan kebaikan
penguasa tersebut."

Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibn 'Abbas bahwasanya
saw bersabda,

"Satu hari dari imam yang adil adalah lebih afdal
daripada ibadah enam puluh tahun." 18

Akan tetapi al-Haitsami menentangnya,19 walaupun hadits
tersebut didukung oleh hadits Tirmidzi dari Abu Said,

"Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah
pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi
Allah ialah pemimpin yang adil." Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan gharib.20

Hadits di atas juga dikuatkan oleh riwayat Abu Hurairah r.a.
dari Ahmad, dan Ibn Majah yang dianggap sebagai hadits hasan
oleh Tirmidzi, dan dishahih-kan oleh Ibn Khuzaimah dan Ibn
Hibban,

"Juga kelompok yang do'a mereka tidak ditolak ialah:
orang yang berpuasa sehingga dia berbuka, pemimpin yang
adil, dan do'a orang yang teraniaya." 21

Dan haditsnya dalam as-Shahihain,

"Tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan dari Allah
SWT pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
pemimpin yang adil..."

Catatan kaki:

9 Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dianggap sebagai hadits
hasan olehnya (1650), beserta Hakim yang menganggapnya sebagai
hadits shahih berdasarkan syarat Muslim, dan juga disepakati
oleh adz-Dzahabi, 2:68

10 Diriwayatkan oleh al-Bazzar, Thabrani di dalam al-Awsath,
dan al-Hakim dari Hudzaifah, dan dari Sa'ad, yang
di-shahih-kan olehnya dengan syarat yang ditetapkan oleh
Bukhari dan Muslim; serta disepakati oleh adz-Dzahabi, 1:92.
Serta disebutkan di dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (4214).

11 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah dari Mu'adz
(Shahih al-Jami' as-shaghir, (4212); yang juga merupakan
sebagian dari hadits Abu Darda, mengenai keutamaan ilmu
pengetahuan, yang diriwayatkan oleh Ahmad dan para penyusun
kitab Sunan, serta Ibn Hibban dari sumber yang sama (6297).

12 Merupakan bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi dari Abu Umamah, Turmudzi berkata "Ini adalah hadits
hasan shahih gharib" (2686) yang juga terdapat dalam Shahih
al-Jami' as-shaghir (4213)

13 Merupakan bagian dari hadits Abu Umamah di atas.

14 Diriwayatkan oleh Bukhari dari 'Utsman.

15 Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah

16 Diriwayatkan oleh Ibn Abu al-Dunya dalam Qadha' al-Hawa'ij,
dan juga diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibn Umar, dan
dianggap sebagai hadits hasan olehnya. (Shahih al-Jami'
as-Shagir, 176)

17 Diriwayatkan oleh Ahmad Abu Dawud Tirmidzi, dan Ibn Hibban.
ibid., (2595)

18 al-Mundziri mengatakan dalam at-Targhib, diriwayatkan oleh
Thabrani dalam al-Kabir dan at-Awsath, dan isnad al-Kabir
dianggap hasan.

19 Lihat Majma' az-Zawa'id, 5:197; 6:263.

20 Diriwayatkan dalam al-Ahkam (1329).

21 Dianggap sebagai hadits hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar,
dishahihkan oleh Syaikh Syakir dalam Takhrij Sanad dengan no.
8030, yang diperkuat oleh tiga hadits lainnya, dengan ketiga
sanad-nya yang berbeda. Lihat buku kami, al-Muntaqa min
at-Targhib wat-Tarhib, hadits no. 513, cet. Dar al-Wafa'.

------------------------------------------------------
FIQH PRIORITAS
Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Dr. Yusuf Al Qardhawy
Robbani Press, Jakarta
Cetakan pertama, Rajab 1416H/Desember 1996M